Tiap orang punya destiny masing-masing, dan tiap-tiap destiny tidak sama. Jika kita punya destiny yang tidak baik, misalnya penyakit turunan, akui itu di hadapan Tuhan. Terima dan mengucap syukur. Jika kita menolaknya berarti kita menolak jalan yang diberi oleh Tuhan. Ketika kita sudah tidak kuat, Tuhan akan membebaskan kita.
Seperti Ayub yang dicobai. Ia memperhadapkan semua kelemahannya di hadapan Tuhan. Mengapa kita perlu punya sikap demikian? Karena anugrah Tuhanlah yang membuat ada sampai saat ini. Seberat apapun kita harus mengucap syukur. Tanpa Tuhan kita tidak akan bisa hidup. Karena itu kita harus ingat dari mana kita diambil. Kita dipilih oleh Tuhan untuk berkarya di dalam rencana-Nya itu sudah merupakan sebuah anugrah.
Apapun itu, enak atau tidak enak, kita harus tetap mengucap syukur. Percayalah bahwa Tuhan kita itu baik. Perkara apapun bisa ia selesaikan, besar atau kecil. Rahasianya hanya satu, akui semua kelemahan kita dihadapan Tuhan. Apapun yang Tuhan mau lakukan itu selalu baik. Mengucap syukur dan terus ikuti Tuhan. Mengakui kelemahan kita dan menyadari bahwa kita memerlukan tangan Tuhan untuk menuntun setiap tangan kita, hal itulah yang akan membuat kita semakin melangkah mendekati destiny kita. Kesombongan dan keakuan kita itu akan membuat kita menyimpang dari sasaran tujuan hidup yang Tuhan tetapkan. Minta Tuhan untuk terus memperbaharui hati kita, sehingga Ia menemukan hati yang lemah lembut dimana Dia akan lebih mudah untuk menuntun kita masuk dalam destiny Ilahi kita.
AYAT :
“Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku."
(Ayub 10:1)”
DOA :
Berikan hati yang memandang anugrah yang Tuhan berikan sebagai sesuatu yang sangat bernilai dan berharga di dalam hidupku. Buat aku tidak lalai dan tidak menyepelekan setiap anugrah yang Tuhan berikan. Karena tanpa anugrah, aku tidak akan bisa mengerjakan segala sesuatu yang Tuhan berikan. Amin.