WASPADAI KERETAKAN YANG BISA TERJADI DALAM KELUARGA


BERUSAHALAH HIDUP DAMAI DENGAN SEMUA ORANG DAN KEJARLAH KEKUDUSAN, SEBAB TANPA KEKUDUSAN TIDAK SEORANG PUN AKAN MELIHAT TUHAN
(IBRANI 12:14)

MENCIPTAKAN KELUARGA YANG BAHAGIA,SEJAHTERA SERTA MENYENANGKAN MERUPAKAN HAL YANG MULAI DIJAUHI DARI KEHIDUPAN RUMAHTANGGA ORANG ORANG PERCAYA. LEBIH MUDAH SESEORANG UNTUK BERKATA DAN MELAKUKAN “AKU MENGASIHI TUHAN DARI PADA MENGASIHI PASANGAN DANMEWUJUDKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI ”. HAL INI TIDAK BOLEH DIBIARKAN TERJADI TERUS MENERUS BERAKIBAT TIMBULNYA KERETAKAN DALAM KELUARGA.

Kasus-kasus keretakan rumah tangga semakin hari semakin sering terjadi, hingga menimbulkan opini publik bahwa perceraian itu adalah hal yang normal. Jika kamu salah satu orang yang rindu untuk terjadinya keluarga yang harmonis, setia dan kuat. Maka kamu harus mengetahui apa-apa saja penyebab keretakan yang biasa terjadi di dalam keluarga. Jika kamu sudah mengetahuinya maka kamu bisa menyelamatkan satu keluarga yang sedang diambang kehancuran.

BEBERAPA ASPEK PENYEBAB KERETAKAN YANG BIASA TERJADI DALAM KELUARGA:

1. Aspek Hirarki Dalam Keluarga

Hirarki dalam keluarga adalah sikap saling menghormati antara suami dan istri sehingga tercipta keteraturan dalam berumah tangga. Istri menaruh respek dan hormat pada suami, begitu pula suami juga harus terus mengalirkan kasih dan kepemimpinan yang benar kepada istri. Dan berikut ada beberapa hal yang merusak tatanan hirarki dalam keluarga :
· Masalah hirarki sering disebabkan karena istri lebih dominan dibanding suami. Dan akhirnya membuat fungsi serta peran dari suami mulai berkurang bahkan hilang didalam keluarga.
· Adanya kasus-kasus dimana anak dianggap lebih penting atau lebih berarti dibandingkan pasangan suami/istri

· Adanya kasus-kasus mertua atau orangtua yang ikut campur dalam keluarga baru tersebut.
2. Aspek Prioritas Dalam Keluarga

Aspek prioritas di dalam keluarga terkadang menjadi problem yang cukup rumit. Karena saat ada anggota keluarga yang salah menempatkan prioritas di dalam keluarga, maka efeknya bisa dirasakan oleh seluruh anggota yang lain. Berikut beberapa hal yang harus dimengerti soal aspek prioritas ini:

· Jika salah satu pasangan memiliki anggota keluarga lain yang sedang hidup susah, maka biasanya akan ada rasa empati untuk membantu. Tetapi tanpa disadari banyak pasangan suami istri yang justru terjebak dalam lubang ini, mereka atau salah satu pasangan berusaha keras untuk membantu keluarga
lain yang sedang susah itu. Dan pada akhirnya menyebabkan prioritas di dalam keluarganya sendiri menjadi salah karena terlalu mendahulukan keluarga lain hingga kebutuhan didalam rumah pun terabaikan.

· Apabila pasangan suami-istri yang baru saja memasuki bahtera rumah tangga dan masih berada dalam kondisi taraf perekonomian yang ‘pas-pasan’. Biasanya pekerjaan akan akan dianggap sebagai prioritas yang lebih penting dibanding keluarganya. Meski alasan yang dikemukakan, “bekerja mati matian kan juga ujung-ujungnya buat keluarga juga kok”, tetap saja alasan itu tidak baik dan tidak sehat bagi kelangsungan keluarganya sendiri.

· Keluarga yang memiliki prioritas yang sehat selalu dimulai dari memprioritaskan Tuhan terlebih dahulu kemudian keluarga inti dan setelah itu yang lainnya.

3. Aspek Komunikasi Dalam Keluarga

Aspek komunikasi merupakan hal yang sangat fondasional sekali di dalam sebuah keluarga. Banyak sekali keluarga yang rusak diakibatkan pola komunikasinya yang tidak sehat.
Berikut 2 (dua) penyebab kerusakan komunikasi yang pada umumnya terjadi di dalam keluarga:

· Di kota-kota besar, keluarga-keluarga yang ada mulai kehilangan waktu berkualitas dengan keluarga padahal ini adalah momen yang sangat baik untuk dapat berkomunikasi dari hati ke hati.
· Komunikasi yang rusak dalam keluarga juga disebabkan karena banyaknya masalah dan tantangan hidup yang seringkali menyebabkan atmosfir komunikasi menjadi jelek. Apabila suami-istri tidak membawa energi positif satu sama lain maka pergumulan hidup akan membuat pasangan yang ada saling menyakiti dan berakhir dengan konflik serta komunikasi yang rusak.
4. Aspek Kemampuan Untuk Berempati

Masalah kemampuan untuk berempati dari masing-masing keluarga juga bisa menjadi faktor penyebab keretakan yang terjadi di dalam keluarga. Berikut beberapa hal yang harus dimengerti mengenai aspek empati.

· Di era globalisasi ini banyak sekali menghasilkan efek yang positif dan juga negatif. Jika dilihat dari sisi negatifnya, banyak orang menjadi lebih individualis dan lebih mementingkan dirinya sendiri. Budaya individualistik telah mengikis habis kemampuan untuk saling berempati satu sama lain.

· Ganjalan-ganjalan yang pernah terjadi di antara sesama anggota keluarga, jika tidak segera dibereskan dengan ketulusan hati dan sikap mengampuni. Maka sikap empati di antara anggota keluarga tidak akan muncul dengan baik. Karena satu sama lain masih menyimpan konflik kepada sesama anggota keluarga.

· Saat kita menabur perhatian, kasih ataupun empati kepada anggota keluarga kita yang sedang membutuhkannya. Percayalah kita akan menuai perhatian serta keharmonisan secara berlimpah-limpah di dalam keluarga. Jangan pernah meremehkan atau menyepelekan masalah yang sedang dibicarakan oleh orang lain kepadamu.Tetaplah berjuan untuk hidup dalam damai sejahtera dengan anak,suami,istri sebagai perwujudan menggenapkan firman Allah dalam keluarga.
Amin.

Sumber : Evergreen